4,5 Jam. Itu adalah waktu yang dihabiskan untuk ANTRI supaya bisa makan di restoran sushi yang katanya punya Sushi terenak di Jepang ini. Kalau menurut kalian 4,5 jam kurang dramatis, bentar dulu, ceritanya belum selesai. Kita mulai antri disini dari jam setengah 6 pagi! Sementara turis lain di Tokyo masih ngulet di bawah selimut, gue dan suami udah berdiri untuk antri. Udah segitu doang, Liv? Weits, masih belom selesai. Pagi ini Tokyo lagi hujan, cukup deras. Jadi kita antri, dari jam setengah 6 pagi selama 4,5 jam ditengah hujan! It’s a bit crazy and I don’t know why we actually did that.
Tapi pertanyaan utamanya ialah IS IT WORTH IT ?
Waktu awalnya kita tanya resto sushi mana yang paling enak di Jepang, jawabannya ada macem-macem. Satu yang sangat terkenal, yaitu Jiro, yang dapet Michelin Star dan didatengin Presiden Obama segala. Tapi untuk bisa makan disitu harus booking minimal 6 bulan sebelumnya dan satu set sushi-nya seharga hampir 4 juta rupiah. Oh no. Cari yang paling enak tapi nggak segila itu ada nggak. Banyak dong pastinya. Sushi kan memang asalnya dari sini. Semacam tenda pecel lele di Indonesia kali ya. Ada dimana-mana. Tapi setelah gue telurusi, semua bilang kalau mau sushi paling FRESH (otomatis lebih enak – karena seafood mentah, jadi semakin segar ya semakin oke), hanya bisa ditemukan di Pasar Tsukiji – yang adalah pasar ikan terbesar di dunia.
Dan dari sekian banyak resto sushi di Pasar Tsukiji Tokyo, restoran satu ini yang disebut sebagai the very best, dan sudah terbukti dengan makin banyaknya pelanggan yang datang dari seluruh dunia dari tahun ke tahun. Nama restonya : SUSHI DAI. Gue mau banget makan disini, tapi sempat mikir dua kali karena katanya antrinya sangat panjang dan gue paling males antri lama. Jadi dalam hati gue mikir, “Hm.. liat nanti aja deh kalo ke Tsukiji. Paling sushi kan rasanya mirip-mirip ya kan. Makan di resto lain juga nggak apa-apa….”
05.30 am
Maka pagi itu, berangkatlah gue dan suami ke Pasar Tsukiji untuk sarapan sushi. (sushi di Tsukiji terkenal-nya untuk sarapan). Muterin pasar, kita sampai di bagian belakang pasar dan jeng jeng….kita liat ada antrian super panjang.
Suami nanya:, “Babe, ini antri apa ya?”. Dan gue otomatis jawab “Oh, ini untuk Sushi Dai Babe, yang katanya paling enak di Jepang”.
Tanpa merespon lagi, tau-tau suami udah ikut antri. Sebagai istri yang baik dan memang penasaran juga, guepun ikutan.
06.30 am
Satu jam berlalu, hujan pun sudah mulai turun. Ah, kita sempet mau nyerah. Tapi setelah dipikir, yaelah, udah disini nanggung amat kalo nyerah… kita bertahan.
07.30 am
Dua jam berlalu, kita mulai ngobrol dan akrab ama pelanggan lain yang ikut antri disekitar kita yaitu seorang Ibu dan anak asal Amerika dan pasangan lesbian dari Thailand. Kita mulai tuker cerita dan ketawa-ketawa di tengah hujan yang sempet berhenti sebentar. Gue bahkan sempet nitip antrian ke suami untuk jalan-jalan bentar beli kopi sambil ngeliat resto sushi-nya dari pintu belakang, tempat para koki nyiapin ikan-ikan mentah yang bakal disajiin.
08.00 am
Dua setengah jam berlalu, salah satu koki pekerja Sushi Dai keluar untuk mengatur antrian, mencacat (semacam absen sekolahan 😃) dan ngomong sama kita
“Kalian kalau bediri nya dari sini masih 2 jam lagi untuk bisa ke dalam… nggak apa-apa ya…maap ya… arigato“. Katanya sambil senyam senyum.
Kita semua senyum balik, dengan getir.
09.00 am
Tiga setengah jam berlalu, kitapun masuk rombongan yang antriannya pindah dari pinggir jalan ke depan pintu restoran. Wooohhoooo. Kalau dari sini katanya kurang lebih satu jam lagi bisa masuk. SO EXCITED. Mulai deh foto-foto kegirangan.
Pekerja resto keluar dan menawarkan menu yang hanya dua buah: Set 7 buah sushi untuk 2700 Yen atau Set 10+1 sushi untuk 4000 Yen. Semua yang disitu termasuk kita berdua memilih paket 10+1. Nggak mau rugi dong, harus maksimal.
Kita mengintip masuk ke resto dan akhirnya mengerti, kenapa antri bisa sekian lama. Jadi di dalam, restonya kecil banget mirip warung tegal gitu. Ada kursi kayu panjang – yang kalau dipadetin, hanya akan memuat maksimal 13 orang. Kursi itu menghadap ke etalase kaca berisi ikan segar dan berdiri pula disitu para chef yang membuat sushi langsung didepan customer, satu per satu! Gue liat setiap orang didalam tampak menikmati makanan sambil banyak juga yang lagi foto kanan kiri. Oh pantesan lama….
10.00 am
Akhirnya, tibalah giliran kita.
Pintu digeser, kita dipersilahkan duduk, dan handuk hangat diberikan salah satu koki, lengkap dengan ocha panas, sebuah Tamago (eggroll) dan semangkok sup miso; (miso panas paling enak yang pernah gue sruput btw).
Setelah itu Head Chef atau koki kepala bernama Mr. Urushihara menyambut dengan tersenyum ramah, dan bertanya “Where are you from?”, dan kita menjawab “Indonesia”. Dia tersenyum lagi. “Many Indonesians here” katanya, sambil terus meminta maaf dan berterimakasih karena sudah rela antri.
Mr. Urushihara ini kemudian ngejelasin bahwa 10 sushi yang akan dia sajikan satu persatu adalah tangkapan terbaik hari itu. Jadi kalau kita datang lagi besok, maka 10 sushi yang disajikan kemungkinan besar akan beda lagi. Sedangkan +1 adalah sushi bebas pilihan kita, mana yang paling kita suka dari 10 tadi untuk disajikan lagi, atau bebas milih sushi baru yang kita mau dari menu ala carte yang ada.
Dan setelah percakapan itu selesai, dimulailah rangkaian set 10+1 sushi – yang secara objektif, bukan karena kata orang, bukan karena emosional habis antri ujan-ujanan, bukan karena lapar, bukan karena mau gede-gedein cerita, tapi murni dari hati – : adalah sushi terenak yang pernah gue makan seumur hidup gue.
Dan mungkin bukan hanya sekedar sushi terenak di Jepang aja, tapi ini adalah salah satu pengalaman makan ternikmat sepanjang sejarah kuliner gue.
Pertama, O-TORO atau Fatty Tuna. Bukan tuna, tapi fatty tuna. Ini bagian terbaik dari sebuah tuna. Gue pikir untuk sushi selezat ini, mustinya jadi grand finale atau yang terakhir. Tapi disini, jadi yang pertama. Kata Chef, yang terenak harus yang pertama supaya nggak usah nunggu lama-lama lagi.
Kedua, SUZUKI atau Seabass. Sebelum dikasih ke kita, Chef ngasih ulasan sedikit jeruk nipis diatasnya. Dan rasanya nagih, asli.
Ketiga, HAMADAI atau Red Snapper (kakap merah). Snapper has never tasted this good.
Keempat, UNI atau bulu babi. Oh my gosh, tanpa gue sadari, mata gue merem dan satu tangan menempel di bibir cukup lama waktu gue menikmati ini saking enaknya. Beberapa hari sebelumnya, gue makan juga Uni sushi di salah satu resto sushi di Osaka. Tapi rasanya beda banget. Asli. Yang ini kok enak banget ya.
Kelima, SANMA atau Japanese Mackarel / Saury. Ikan ini sangat jarang ada karena musiman banget, jadi beruntung bisa nyobain. Diatasnya dikasih sedikit irisan daun bawang. ENAK!
Keenam, AKA-GAI atau Red Clam. Masih segar dan masih hidup, jadi begitu sampai meja masih gerak-gerak sedikit. Super Yummy!
Setiap kali menyajikan sushi, si Chef selalu berkata “Please, jangan dikasih soyu. Semua harus dimakan tanpa soyu!” (Soyu: kecap asin Jepang yang biasa jadi teman makan sushi).
Ketujuh, AKAMI TSUKE atau Marinated Red Meat Tuna yang berwarna merah menyala kayak habis disemprot cat warna. Rasanya enak banget. Meleleh di mulut!
Kedelapan, IKURA atau Telur Salmon. Chef bilang ke kita: “Kalian pasti sudah sering makan ini kan? Nah yang biasa kalian makan di belahan dunia lain, pasti yang sudah dibekukan. Kalau disini, di bulan September – November, seperti sekarang ini, kalian bisa makan yang segar langsung dari perut ikan yang baru ditangkap tanpa masuk lemari es” katanya.
Mau tau rasanya? heaven. I am in sushi heaven.
Kesembilan, SAWARA atau Spanish mackarel. Super delicious! Agak kenyal dan sama sekali nggak amis plus. Baru sekarang nyobain ikan mentah seenak ini.
Setelah yang kesembilan, kita dikasih bonus sushi roll biasa 3 buah. Enak sudah pasti, dan untuk yang ini Chef-nya bilang ke kita: “Kalau yang ini boleh pake soyu. Cuma yang ini aja yang boleh tapi ya..” katanya.
Kesepuluh, ANAGO atau Saltwater Eel / belut laut yang sudah dicacah (belut nya matang bukan mentah). Belut ini sudah dicampur saus yang dibuat dari tulang belut yang sebelum diolah sudah dipisahkan. Rasanya unik, belum pernah coba yang begini, sangat lain dari Unagi.
Setelah 10 sushi selesai disajikan, “Mau +1 – nya yang mana?” Tanya Chef. Tanpa mikir gue jawab UNI! Yes, bulu babi di Sushi Dai ini rasanya nggak bisa dijelaskan. Too good. Simply too good. I was high when I ate it. Sementara, suami nggak mau rugi dan memutuskan untuk nyoba sushi jenis lain, yaitu TAKO atau Octopus/Gurita.
Total 8000 yen (berdua) pagi ini telah kita tukar dengan pengalaman makan tak terlupakan.
11.00 am
Gue dan suami selesai makan, foto sama Chef – Mr. Urushihara, say goodbye ke pengunjung lain yang masih betah didalam, lalu berjalan keluar dari resto, ngelewatin puluhan orang yang masih antri diluar- sambil ngelempar senyum sumringah.
Satu kalimat aja buat mereka dan buat semua orang yang nanya :
“Yes, it’s totally WORTH IT!!!”.
Oya, besok subuhnya, kita sengaja balik lagi ke Pasar Tsukiji untuk melihat *lelang tuna dan setelah itu nyobain resto lain, tanpa antri, yang hanya beda satu gang dari Sushi Dai untuk sarapan sushi (lagi!).
Rasanya sama aja atau mirip kah dengan Sushi Dai? Nggak loh ternyata, beda BANGET. Dan dari sekian banyak restaurant sushi yang kita coba selama travel ke Jepang-pun nggak ada yang seenak ini.
The place totally changed our view and opinion on sushi. Jadi mungkin benar, Sushi Dai is probably the best atau bisa dibilang sushi terenak di Jepang, or at least one of the best.
Gimana, mau antri dan nyoba makan disini juga kalo pas ke Tokyo? Tinggalin komentar dibawah ya😀
Watch my VIDEO of the best sushi in Japan experience:
Good food is very often, even most often, simple food
-Anthony Bourdain
olivelatuputty.com/blog -@shiningliv
Yaampun ngantrinya panjang banget yaaaaaa. Tapi memang kelihatannya yummy sekali sushinya di foto ^_^
Cheers,
Dee – heydeerahma.com
iya mba Dee… yummy… worth it kok antrinya.. best sushi yang pernah aku makan.. thanks udah berkunjung.. would love to check out ur page as well:)
ke sana pas hari apa tuh sis?
thanks for reading bro… maaf ga inget hari apa hehehe
Aku lagi ngerencanain trip ke Jepang. Iseng googling sushi terenak di Jepang, padahal niatnya cuma iseng dan mau super duper hemat di sana. Tapi kok aku jadi impulsifffff abis baca ini. Ngiler pake banget!!! 😀
thanks for reading Rizkaaa… hahahah emaang worth it banget kok… enjoy Japan when you’re there ya! 🙂
Hi Olive, nice article!
I am going to visit Tokyo next month and very excited to go to this place.. just in case kalau saya tidak punya waktu banyak (untuk antri) karena schedule yang cukup ketat… ada rekomendasi resto lain tidak ya seputar Tsukiji market atau area lain?
Thanks!
hi Widyo thanks for reading. area lain untuk sushi enak di Ginza tapi jauh lebih mahal harganya. Di Tsukiji udah paling the best makan sushi segar. Pilihannya sangat banyak kok selain sushi dai, asal datang pagi jangan kesiangan. U wont be disappointed. Have fun in Tokyo!
keren!
thank u!:)
lagi ngidam sushi, browsing-browsing nemu ini. Beneran sebelumnya nggak pernah ada niat ke luar negri mau ke jepang, maunya ke negara lain. Tapi baca ini jadi ngomong dalam hati, one day harus banget ke jepang dan makan sushi disini. 😀
thanks for reading mb Enny! hehe iya sushinya emang juara banget. nggak akan nyesel kok kalo jadi main ke Jepang nanti. pasti suka! jangan lupa follow blog-nya ya Mba… hehehe Mb Enny nge blog juga kan ya? baru aja aku follow blog mu 😀 cheers!
ama sushi tei jauh gak rasanya??
lumayan jauh banget sih.. hehehehe:D
oliv bagus deh tulisannya, gw suka cara lo bertutur…gak bosen bacanya
ahhh thank u sianny:) glad to hear that:) motivation to write more hehehe
sangat suka sushi dan sangat suka tulisan ini! good job!
thank u so much Rama!
you make me wanna go to Japan olive!
hahaha good then! you should go:) thank u for reading:)
Oliveer seru banget sih ini
ahh thank u Erika:) Di Jepang memang banyak yang seru-seru… tungguin tulisan lainnya di blog ya ttg Jepang… masih banyak yang belum di post hehehe
Jadi ngiler nih….!!
hehehehehe ayok kita makan sushi sebelum ke India!
the best sushi ever..!!
indeed!!!!!!!!