Travel ke Bali saat Covid di akhir tahun 2020 ini adalah travel pertama gue naik pesawat sejak Bulan Maret, waktu gue dan suami terbang ke Malang. Sejak itu, Covid kan makin parah, sehingga gue nggak berani sama sekali untuk naik tansportasi umum, terutama pesawat. Berada di tempat tertutup beberapa jam bersama orang asing tuh bikin PARNO DONG!! Kebayang kalau ada satu orang yang kena Covid, kan se-pesawat bisa kena semua! Bener nggak?
Beberapa kesempatan terbang ke luar kota gue cancel terus. Kita bahkan sempat bela-belain ke Surabaya di Bulan Juli dengan jalan darat, nyetir, demi menghindari pesawat.
Lah, tapi kok kali ini nekad tetep pergi?
Pertama karena suami sudah keburu beli tiket pesawat. Udah kangen banget dia ama Bali kayaknya. Kita rencana akan terbang ke Malang dulu, lalu lanjut ke Bali. Kedua, dia juga udah booking hotel, yang nggak bisa di cancel lagi. Ketiga, inikan travel akhir tahun dan menyambut tahun baru…special moment. Keempat, ya kita sehat-sehat sih.. jadi boleh juga deh ya memberanikan diri terbang ke Bali.
Dengan 4 pertimbangan ke atas, okelah gue membulatkan niat pergi.
PCR wajib sebelum ke Bali.
Kurang lebih 10 hari sebelum kita berangkat, ada peraturan pemerintah yang mewajibkan para penumpang pesawat ke Bali untuk WAJIB PCR TEST. Bukan cuma swab antigen biasa, tapi harus PCR. Wah, pengeluaran tambahan dong.
Di akhir tahun 2020 ini, PCR tes ada di angka kurang lebih 900 ribu-an per orang. Kita baca di media, banyak sekali orang yang membatalkan perjalanan akhir tahun mereka ke Bali hanya karena PCR ini. Kita pun sempet mikir, dan akhirnya ikut membatalkan trip kita ke Malang karena ribet, tapi yang Bali tetep lanjut.
Kita test PCR di kantor maskapai Air Asia (kita berangkat dengan Air Asia) yang memberikan harga 700 ribu saja untuk para penumpangnya. Lumayan ngirit. Walaupun sempet ada kendala ketika email hasil PCR tak kunjung datang sehingga kita harus balik ke kantor Air Asia lagi yang jauh banget di Cengkareng demi ‘menjemput’ hasil, akhirnya sebelum hari H kertas kita terima di tangan.
Puji Tuhan Negatif Covid. We are safe to fly.
Keeping it safe.
Dimulailah perjalanan naik pesawat yang mendebarkan buat gue ini. Kita dapet sms dari maskapai untuk hadir 3 jam sebelum waktu keberangkatan. Karena pesawat kita jam 6 pagi, jam 3 subuh kita udah di airport. Buset, nggak tidur malamnya sama sekali. Sebelum masuk ke terminal, setiap orang akan diperiksa surat PCR-nya. Pemeriksaan ini 3 kali terjadi, satu lagi sesaat sebelum masuk pesawat, dan terakhir waktu tiba di Bali.
Di perjalanan ini, gue ber-kostum full tutup dari ujung rambut sampe ujung kaki (pake hoodie), dan lengkap pake face shield selain masker. Pengap banget sih, tapi ngebantu bikin gue ngerasa aman. Setiap ada kesempatan, gue akan cuci tangan atau pake hand sanitizer. Pas mau duduk di ruang tunggu maupun di kursi pesawat, gue juga bersihkan dulu, lap sampai kinclong, baru duduk. Repot emang.
TAPIIII YYAAA, gue liat orang-orang lain tuh ada yang cuek banget. Pake masker super tipis yang sekali-kali kebuka.. dan ada yang travel pake tank top dan rok mini. Gila ya… gue tau ini mau ke Bali, tapi nggak gitu juga kalii… Nggak geli apa duduk di ruang tunggu atau kursi pesawat dan kulit lo nyentuh langsung bekas-bekas orang duduk situ… hiyyy… mungkin mereka imun atau nyawanya 9 kayak kucing jadi cuek aja. Entahlah.
BULE tanpa masker dimana-mana.
Satu lagi, ada beberapa bule yang malas pake masker di penerbangan kita. Mereka harus ditegur berkali-kali sama kru bandara dan kru pesawat karena terus melepas maskernya. Gemes tau gak sih.
Gue musti bilang nih, di Bali-nya sendiri, hampir rata-rata semua bule yang gue jumpai di jalan, hotel atau tempat wisata sama sekali nggak pake masker. MAU PROTES KERAS RASANYA.
Woy, lo di negara orang mbok ya ikut peraturan. Mungkin mereka udah lama di Bali dan udah nyaman tanpa masker beredar kemana-mana. Tapi ya tetep aja, sebel liatnya.
Flying to Bali.
Begitu masuk pesawat, pilot dari ruang kemudi langsung membuat para penumpang merasa aman dengan mengatakan bahwa teknologi terbaru sehubungan dengan sanitasi sirkulasi udara sudah di berlakukan di pesawat untuk membunuh virus dan bakteri, jadi kami tidak usah kuatir.
Sepanjang penerbanganpun, pelayanan makan dalam pesawat ditiadakan untuk meminimalisasi penumpang copot masker. Kita yang sudah pre-order Nasi Kuning dan Nasi Ayam favorit khas Air Asia, harus gigit jari, karena makanannya musti dibungkus dan dibawa turun. Suami padahal udah kelaperan. Hehehe
Anyway, gue ketiduran sepanjang perjalanan bahkan sebelum take off. Asli Tewas. Kebangun kaget sesaat sebelum mendarat. Thank goodness for a safe flight.
Menginjak bandara Bali, langsung sedih rasa hati melihat para porter angkat barang yang berkerumun banyaak, tanpa ada satupun yang mendapat kerjaan. Sepi banget bandaranya. Mereka yang sibuk menawarkan taksi pun tak mendapat tanggapan dari penumpang Indonesia yang rata-rata sudah dijemput, sewa mobil atau naik taksi online.
Jalanan Bali yang di akhir tahun biasanya super padat pun terasa sangat lengang. Terakhir gue liat Bali se-kosong ini ialah pas Gunung Agung meletus beberapa tahun lalu. Waktu itu kita juga pas lagi di Bali. Sepiii… Aneh aja liat Bali begini menjelang tahun baru.
Happy New Year from Bali
Kami menginap di Seminyak. Masih agak macet sih, tapi tidak se-sibuk biasanya. Di tanggal 31 Desember 2020, resto sekitar harus tutup jam 7 malam, dan yang ber-izin keramaian harus tutup jam 11 malam. Gue dan suami sempet menikmati sunset terakhir di tahun 2020 yang cantik, makan malam, lalu menghabiskan sisa malam di hotel saja.
Tepat jam 12, kita keluar balkon dan masih menikmati beberapa letupan kembang api dari beberapa lokasi sekitar Seminyak, walau mungkin hanya 5 menitan. Itupun tidak spektakuler. Wahhh… beda banget dari kesan Bali yang merupakan tempat party. Terakhir kami berdua tahun baruan di Bali dua tahun lalu, hebohnya minta ampunnnn!!! Sekarang, kebalikannya, sangat bersahaja. Hehehe
Bersyukur banget bisa masuk tahun 2021 di Bali dalam keadaan sehat. PUJI TUHAN! SELAMAT TAHUN BARU 2021 semua, semoga tahun ini jauh lebih baik!
First day of 2021
Hari pertama di tahun 2021, kami yang tadinya mau liat sunrise pertama di 2021, bangun kesiangan. Wakwaw.
Maklum lah kan kemaren malemnya nggak tidur gegara musti ke airport subuh. Kamar hotel kita juga kasurnya king size, adem, gelap, dan bantalnya empuuukk banget, jadi sama sekali nggak sanggup, atau mungkin lebih tepatnya nggak rela bangun. Akibatnya beberapa rencana pagi batal semua. Gapapa deh. Yang penting sehat dan cukup tidur.
Sorenya kita memutuskan untuk ke Kintamani, dan agak kaget karena kayaknya semua turis lokal yang ada di Bali ngumpul disana. Crowded !
Ooo disini semua toh turisnya! Hehehe…
Gue sempet bt karena waktu kita sampai di Kintamani, cuaca hujan gerimis dan pemandangan ketutup kabut smua. PUTIH TIH! Blank nggak keliatan apa-apa. Tapi setelah beberapa waktu duduk, eh tiba-tiba kabut membubarkan diri lohh.. bahkan puncak gunung Batur-nya bisa keliatan. AH Tuhan baik banget! Thank You Jesus. It became the first beautiful view we witness in 2021. (Btw, gue udah pernah mendaki Gunung Batur loh… baca ceritanya klik disini)
Beberapa hari kemudian, tempat-tempat “standar” favorit orang Indo kayak Gusto, Nuri’s, Revolver, Monsieour Spoon, Nook, dan Krisna tempat oleh-oleh, gue liat masih cukup padat pengunjung. Pake antri segala bahkan. Gue sih ogah ah, nggak mau ikutan numpuk… apalagi di tempat yang antriannya akrab berdekatan. Mending makan atau pergi ke tempat lain yang sepi nggak ada orang.
Kita berdua by the way nemu pantai dan air terjun yang kosong melompong on this trip… cuma kita berdua doang isinya. Jarang banget kan bisa begini. Kalau nggak Covid, gue yakin udah rame banget nih tempat-tempat wisata….
Back to Jakarta.
Waktu balik ke Jakarta, gue sempet parno lagi karena di hari Minggu itu, semua turis seperti pulang berbarengan karena besoknya Senin orang balik kerja. Airport padat…. tempat nunggu di terminal rame…dan pesawat kita pun almost full flight.
Belom lagi pas pemeriksaan security, ada benda mencurigakan yang ditemukan di tas gue (yang ujung-ujungnya si petugas ternyata salah liat). Akibatnya, barang-barang gue di obrak-abrik dan dipegang-pegang sama si petugas. AAAAAAAA stop touching my stuff !!! Musti gue semprot anti virus semua dah sampe anyep. Sebel.
Udah gitu, waktu sampe Jakarta, nunggu bagasinya tetep aja dempet-dempetan. Arrgg, ingin segera pulang lalu mandi bebersih pake sikat.
EHAC – Indonesia.
Oya, di perjalanan kali ini kita juga harus download aplikasi EHAC Indonesia di HP, mengisinya, lalu barcode-nya di-scan saat kedatangan di Bali maupun kedatangan Jakarta. Ini banyak orang yang nggak ngeh atau lupa atau nggak tau sehingga keribetan sendiri. Untung gue dan suami yang sejak semua sudah sigap, jadi melenggang tanpa kendala. Kayak gini penampakan EHAC-nya:
Overall, terbang ke Bali saat Covid setelah 9 bulan tak terbang ini cukup berkesan, bikin senewen dan sebuah pengalaman liburan tersendiri yang beda aja dari semua perjalanan holiday gue sebelumnya. Sengaja nih gue tulis di blog travel gue, to remember this moment in time. Semoga dunia cepat pulih dari wabah dan kita semua bisa bebas bernafas, bebas berkelana lagi tanpa was-was seperti dulu.
Wishing everyone great health and great blessings ahead! Happy New Year one more time! Stay safe, People!
Let’s have faith for better things ahead, than any we leave behind
olivelatuputty.com/blog @shiningliv
Kueren sista…private beachnya….
btw… tinggal kombinasi narasi sama vlog nih…dan semoga kita kesampaian naik gunung ndek Batu tahun 2021 ini ya hehe…
iya Bro.. nggak nyangka sepi banget pantainya jadi private beach hehehe YES AMIN kesampean ya!
Pernah order Chicken Rice di dalem pesawat Air Asia simply karena : rekomendasi Kak Matt.. Katanya salah satu Chicken Rice ter-enak, but I have to disagree 🙁 hahaha!
Always love to read your blog, Kak! Stay healthy and awesome yah Kak Olive & Kak Matt!
hahaha I am on your team! Gue juga nggak ngerti kenapa dia doyan banget Chicken Rice AA, udah gue bawa ke bbrp lokasi yang lebih enak, dia keukeuh lebih suka yang AA. Entahlah… anyway, thanks for reading brother! Stay awesome too!
yes Nov?
SELAMAT TAHUN BARU 2021. Saya sudah ke palemmbang terbang tapi sekarang belum berani pergi lagi karena keluarga teman sama sekali tidak kemana mana bis kena korona sekeluarga.ut amannya mendingan dirumah saja dulu di tahun 2021 ini
selamat tahun baru juga Andreas! Wah udah travel juga ya tahun ini.. iya stay home is always the best option. Tetap sehat dan semangat!
keren mba live selamat tahun baru sehat selalu
sama-sama Adrina! sehat selalu juga and thanks for reading ya:)