Bisa ngapain di Siem Riep Kamboja ya? Biar afdol, kita kenalan aja dulu yuk sama Siem Riep.
First, daerahnya luas (2 kali Pulau Bali) tapi penduduknya dikit. Bayangin penduduk Bali ada 5 juta orang, sedangkan di Siem Riep yang 2 kali lebih luas, hanya 200 ribu orang yang tinggal. Udah biasa di Jakarta yang padat abis, tiba-tiba kita sampai di tempat yang kosong banget.
Mereka banyak yang sangat miskin pula karena mengalami masa lalu yang sangat kelam, plus pemerintah yang super korup!! Jauh lebih korup dari Indonesia!! (Untuk perbandingan, di tahun 2017, Kamboja masuk negara terkorup nomor 20 di dunia – sedangkan Indonesia nomor 83). Penduduknya punya motor aja jarang apalagi mobil. Jadi kalo liat mobil dijalanan itu rata-rata mobil hotel/wisata bukan pribadi. Hotel/resto pun yang punya rata-rata orang asing, bukan lokal.
Transportasi utama ialah tuk-tuk yang akan ada dimanapun. Kita pesen grab-pun, yang datang lebih sering tuk-tuk bukan mobil. Tuk-tuk kan kebuka tuh ya, sejenis dokar bermotor – jadi yang naik otomatis akan ter-exposed sama debu jalanan.
NAH INI DIA!! Jalanan nya ber debu banget banget bos! Untung gue bawa masker bekas naik gojek di Jakarta, kalo nggak, fix muka dan mulut akan penuh debu begitu sampai tujuan. Parah debu nya!!!!
Dan satu hal lagi, kalau kalian pernah dengar bahwa Kamboja itu MAHAL, itu sangat benar – karena semua nya dibayar dalam US Dollar! (Sampai sebelum pandemi Covid, transaksi masih dalam USD). Berasa lagi di Amerika tiap kali buka dompet. Harga semua dalam USD, ya jadi bayangin aja sendiri ketika di kurs ke rupiah😭 Harga-harga mendadak jahat. Jahaaatttt!
Mata uang aslinya sih bukan Dollar tapi Cambodian Riel. Tapi nyaris nggak dipake di pembayaran apapun khususnya di lokasi turistik. Kadang ada sih yang ngasih kembalian duit bernilai kecil dalam mata uang Riel (waktu kita datang, 4000 Riel = 1 USD). Tapi jarang banget. Harga semua sengaja dibuletin keatas supaya USD terus yang kepake.
Aneh kan ya, penduduk jualan barang seharga dollar tapi tetep pada miskin? Itu dia yang bingung. Yang kaya makin kaya dan yang miskin ya tambah miskin katanya disini.
Waktu kita berkunjung, mereka baru kelar menggelar pemilihan umum. Tebak siapa yang menang kepilih? Orang dan partai yang sama kembali menang dan menjadi pemimpin sejak tahun 1998! Hm.. kayak familiar sama yang pernah terjadi di Indonesia ya…😢 Kasian banget mereka…Temen yang tinggal sana cerita bahwa rakyat juga gak bisa ngapa-ngapain karena Pemilu diadakan dibawah ancaman sehingga yang menang ya yang korup lagi. Takut kalo membangkang bakal diapa-apain. Mereka trauma pernah ngalamin pembunuhan massal di jaman Khmer Merah di tahun 70-an dimana 2 juta penduduk dibunuh massal oleh pemerintah saat itu.
Dunia internasional kecewa sih dengan hasil Pemilu Kamboja ini – tapi ya piye?? Semoga kalo misalnya kalian baca tulisan ini many many years in the future, sudah ada perubahan positif yang baik bagi rakyat ya. Amin.
Oke, cukup ngomongin situasi dan sejarah, let’s talk about gue ngapain aja di Siem Riep Kamboja selama 5 hari?
#Belajar bahasa Khmer
Bahasa mereka tuh ngirung kedengarannya, mirip banget sama bahasa orang Thai tapi sedikit lebih enak di dengar. Sama susahnya tapi. Belajar dikit-dikit itu wajib supaya lebih menghargai orang lokal.
Untuk bilang terimakasih kita bisa bilang “akroen”. Kalau terimakasih banyak, “akroen cran”. Terimakasih kembali, “men ete”, dan tidak, “ate”. Yang paling lucu ialaaahhhh… mereka manggil mas/mbak yang masih muda dengan sebutan “BONG”. Pertama kali denger gue ngakak karena langsung kepikir “bong” singkatan dari “cebong” Hahaha… Kalau manggil “BONG”, hampir semua orang disekitar kita bakal nengok😅
“Akroen Bong🙏🏼”
#Nyobain Pijat
Seperti negara tetangga mereka yaitu Thailand, mereka cukup jago pijet. Tempat pijat ada di setiap sudut.
Harga pijat variatif – tergantung pijat apa dan dimana. Enak kok pijetnya. Nggak mengecewakan. Mereka juga rame jualan “pijat kaki” oleh ikan kecil yang dulu pernah sempet hits di Jakarta. Ada juga pijat orang buta yang ngetop disini – karena cukup banyak orang buta di Kamboja akibat penyakit mata yang tidak diobati karena kemiskinan akut.
Recommended places:
- Khmer Relief Spa untuk pijet niat dengan harga diatas 20 USD
- Temple Massage untuk pijat standar dengan harga murah dibawah 5 USD
#Mencoba kuliner lokal
Gue ambil kesempatan untuk mencoba masakan khas Khmer – dari warteg pinggir jalan sampai resto yang penuh turis. Dari yang normal dan wajar sampe kuliner ektrem kayak kalajengking, semut dan tarantula. Ceritanya gue tulis terpisah ya, silahkan klik BACA DISINI. Kepanjangan ntar tulisan gue kalau gue jabarin di sini.
#Berburu durian
Durian Kamboja? Kayak apa tuh? Nah itu dia harus dicari jawabannya. Katanya durian yang berasal dari daerah Kampoet rasanya maknyos. Gue dan suamipun memastikan bahwa waktu kita berkunjung adalah bulan musim duren, lalu kita buru lah para pedagangnya.
Supir Tuk-tuk kita nggak gitu doyan duren, tapi dia tau beberapa tempat jualan duren. Sebelum mampir, dia udah wanti-wanti : “wah kalo turis pasti dimahalin sih, nggak mungkin nggak” katanya dengan muka kuatir. Kita suruh dia yang nawarpun dia bilang nggak akan ngaruh tetep akan dimahalin karena udah tau bakalan untuk konsumsi turis. Yawislah mau nggak mau. Dan bener dong, kita diketok dengan harga mahal. Tapi beli aja deh gpp ! Daripada nggak bisa tidur karena penasaran.
Rasanya? Oh nikmat tiada tara… daging tebal manis, kuning, dan mengenyangkan. Sekali makan nggak bisa abis, jadi kita simpen buat diabisin malemnya. Nggak kalah enak duren Kamboja dari duren Thailand ternyata.
#Berkunjung ke Kompleks Angkor wat
IT’S A MUST ! Haram hukumnya kalo nggak memberikan minimal satu harian FULL untuk ngiterin Kompleks Angkor Wat. Angkor Wat tuh bukan kayak Borobudur ya.. tapi lebih kayak kompleks luas dengan kurang lebih 1000 buah candi yang berbeda-beda ukuran, karakter dan kisahnya.
Di tahun 2001, ada film “Tomb Raider” yang dibintangin sama Angelina Jolie dengan shooting location di Angkor Wat. Semenjak itu, jumlah turis ke sini meningkat terus!
Lain kali gue akan tulis info lengkap tentang tips berkunjung ke Angkor Wat ya:)
#Maraton
Seneng deh pernah ada pengalaman lari di Siem Riep. Suami ikut lari full marathon, sejauh 42 km, sedangkan gue cukup 10 km aja. Waktu itu acara lagi di gelar di kompleks Angkot Wat yang legendaris itu, jadi semakin berkesan. Gue berhasil menyelesaikan lari 10 km tanpa jalan kaki sama sekali (bangganya akutuuuu) sedangkan suami pun berhasil finish dengan catatan waktu yang cukup oke.
We were two happy runners!
#Pub Street
Pub Street adalah nama satu area pusat hiburan di kota Siem Riep. Kanan kiri isinya tempat party dan resto yang menjual berbagai jenis makanan, lengkap dengan live music. Mungkin “Patpong Thailand” versi Kamboja-lah.
Yang paling hits disini ialah Bir Angkor seharga 0,5 USD – nya. 50 cents aja helloooo atau di kurs waktu gue datang seharga kurang lebih Rp. 7 ribuan aja. Murmer. Gak heran orang minum sampe teler se-teler-telernya disini. Suami sempet nyobain bir-nya, sedangkan gue sebagai pecinta air putih anget, cukup jadi saksi mata aja. Hehehe
#Hang out with friends
Sepasang teman kita di Kamboja nih punya pertemanan unik banget sama kita. Di Jakarta, mungkin cuma sekitar tiga empat kali kita ketemuan. Tapi kalau kita lagi di luar negri, berkali-kali bisa pas barengan kita ada di tempat dan waktu yang sama dengan mereka. Terakhir di New York tahun lalu, pas kita lagi disana, mereka juga disana. Kita udah pernah ketemuan dan makan bareng sama mereka di Singapore, di Chiang Mai, di Bangkok, dan di Siem Riep ini.
Mereka sempat tinggal setahun lebih di Siem Riep waktu ketemuan sama kita, sehingga bisa kasih rekomendasi tempat makan atau nongkrong yang oke buat gue dan suami sebagai turis. Teman kita ini sekarang sudah pindah ke London pas pandemi Corona, and I gotta feeling kita akan ketemu mereka lagi in the near future. We’ll see!
#Enjoying My Hotel
Kita berdua agak jarang nginep di tempat yang keren kala traveling. Selalu kita cari tempat yang biasa aja, asal cukup buat bobo dan naro koper, toh seharian bakal diluar jalan-jalan.
Tapi di Siem Riep, hotel kita cukup menarik. Ada beberapa kolam renang yang menyenangkan – salah satunya persis didepan kamar, ada jacuzzi jugak, ada kamar etnik yang lega dan spacious, makanan yang enak, dll. Overall oke banget hotelnya. Jadi kita cukup banyak ngabisin waktu leyeh-leyeh di hotel. Apalagi pas persis kelar lari maraton…. mending santai di hotel kan, daripada kelayapan. Kaki pegel Bu..
#Belanja di Pasar
Belanja di pasar selalu gue lakukan kalo lagi negara orang, karena di pasar kita bisa mengenal lebih jauh karateristik warga di negara tersebut.
Gue belanja buah-buahan (always !!!), belanja kerajinan lokal plus liat-liat benda-benda aneh yang mereka jual seperti minuman fermentasi ular kobra, kepala babi, dan kepala buaya yang dikeringkan untuk oleh-oleh.
Oh I love local markets !
Btw ketika pandemi Covid menyerang di 2020, Siem Riep terkena dampak yang luar biasa abis-abisan. Daerah miskin yang menaruh harapan hidup pada sektor turisme internasional hancur semua terkena dampak. Gue liat di berita, angka wisatawan di Angkor Wat turun hingga 98 persen alias hampir tanpa turis. Pub Street tutup dan banyak sudut kota menjadi seperti kota hantu. Resto, hotel dan tempat hiburan, hampir semua tutup. Hanya tersisa sedikit resto yang tetap buka melayani dine in atau take away untuk orang lokal dan para expat yang memang tinggal menetap di Siem Riep. Angka pengangguran melonjak naik.
Walau kasus positif Covid di Siem Riep sendiri sangat sedikit angkanya, penerbangan dari Amerika dan Eropa tetap ditutup, sehingga kota yang biasanya “hidup” banget, kini sekarat.
Kita doakan Siem Riep dan industri tursime nya bisa bangkit kembali segera ketika pandemi berakhir. Dan mungkin kalian yang lagi baca ini bisa jadi salah satu turis yang akan berkunjung dan menghidupkan kembali Siem Riep ya.
Semoga juga, tulisan ini bisa bantu kalian untuk bikin planning mau ngapain di Siem Riep saat kalian berkunjung nanti.
let’s always connect ourselves with new places, new souls & new stories
olivelatuputty.com/blog @shiningliv
Miss travelling with you love
miss it so much too Babe! thanks for leaving your comment hehehe
mau banget kesini mba kalo udah tdk coroncez lagi salah satu buckt list yang belum kesampain sampai skarang makin tertarik baca ceritanya mba
thanks udah mampir mba Anita.. yes, kalo wabah beres langsung cuss kesini ya hehehe
Very cool story olive!
thank u so much for reading and thanks for the compliment Dika!