Di bulan Februari mau liburan singkat tapi lagi musim hujan! Males plesiran keujanan… Kemana ya enaknya? Akhirnya terpilihlah Malaka, alias Melaka alias Mallaca – karena dekat, murah, kering, dan kita belom pernah kesana! Oke inilah saatnya pertama kali jadi turis di Malaka.
Gue awalnya dengar Malaka dari kata “Selat Malaka” di pelajaran Geografi waktu sekolah dulu. Selat Malaka adalah satu bagian laut paling strategis dan terpenting di pelayaran dunia. Seperempat perdagangan dunia harus melewati bagian lautan ini – mengangkut segala hal termasuk salah satu yang terpenting, yaitu kapal tanker minyak. Setengah kebutuhan minyak dunia harus dibawa melintasi Selat Malaka. Penting nih tempat buat di kunjungin! Apalagi sejak tahun 2008 sudah dinobatkan menjadi salah satu UNESCO World Heritage Site.
Dimulai tanggal 14 Februari (Valentine’s Day) terus 15 Februari (MY Birthday) lanjut ke 16 Februari (Chinese New Year). Rentetan hari-hari ini kita habiskan di Melaka.
Watch our short video in Malacca < HERE >
#Malaka River Cruise
Ada sebuah sungai di tengah kota Melaka, 9km panjangnya yang menjadi salah satu aktraksi utama turis. Sungainya bersih banget dibanding sungai-sungai di Indonesia pastinya, dan di kanan kiri sungai sengaja ditata cantik penuh cafe tempat nongkrong dan mural-mural artistik di dinding.
Mereka menjual cruising kapal untuk turis agar bisa menikmati pemandangan selama 45 menit muterin sungai 2 kali. Ini wajib hukumnya kalau lagi di Melaka.
Waktu kita naik kapal, matahari baru aja tenggelam, sore baru berpindah menjadi malam. Jadi cukup unik karena bisa ngeliat pemandangan pas masih agak terang dan pas sudah gelap. PLUS, kita melewati pohon-pohon besar tempat tinggal ribuan burung liar. Mereka pulang ke pohon-pohon ini untuk istirahat sambil mengeluarkan bunyi-bunyian yang sangat khas. Jarang banget loh bisa mendengar ‘nyanyian’ massal mereka sebelum tidur sambil kapal kita berlalu.
Nggak kebayang di Jakarta ada beginian… burung-burungnya pasti udah lenyap dari dulu ditembakin pake senapan angin. Hadeuh.
Btw, waktu kita disana kemaren, hari baru mulai gelap kurang lebih jam 8 malam. So apparently the day is quite long in February in Malacca.
#the Stadthyus
Basically ini adalah daerah sejarah peninggalan Belanda* di Melaka. Yang unik dari tempat ini ialah semua exterior gedungnya berwarna MERAH bata. Karena itu, sebutan lain tempat ini ialah Red Square.
Turis numplek disini seharian, karena memang cantik untuk di foto.
Ada sejenis becak hias yang sangat happening di Red Square ini. Becaknya RAME! Hiasan dan musiknya beneran sangat rame. Kita tinggal bayar sesuai nego dengan si Abang lalu kliling kota deh naik becak. Entah kenapa gue nggak tertarik naik. Mungkin karena gue udah gede. Hahahaha atau mungkin karena lagu di becaknya banyakan dangdut Indonesia. Entah.
Tapi yang jelas pemerintah Melaka sudah mem-paten-kan ratusan becak hias ini sebagai ikon kota Melaka sehingga nggak boleh di tiru sama daerah lain. Niat banget yak.
*Fyi, Malaka pernah di jajah oleh 3 negara yaitu Belanda, Portugis dan Inggris. Karena itu banyak peninggalan sejarah dari 3 bangsa itu di kota ini.
#Jonker Walk
Nggak jauh dari situ, ada Jonker Walk berlokasi di Jonker Street. (Dalam Bahasa Melayu : Jalan Hang Jebat). Jalanan ini adalah jantung dari China Town Melaka. Ada hotel, resto, kedai, tempat shopping, museum, galeri seni, tempat ibadah, dll. Menarik loh jalan muter-muter disini. Sangat sangat kultural daerahnya. Tempat ini adalah bukti perpaduan budaya dan agama yang harmonis di Melaka. Gereja, kuil Budha, kuil Hindu dan Masjid berdekatan tanpa konflik. Oke ya.
Memang kalau saling menghormati dan menghargai walau berbeda, selalu indah hasilnya.
#Jonker Night Market
Oh, this one is a must try experience in Malacca. Hanya di akhir pekan mulai jam 6 sore sampai kurang lebih midnight, pasar malam Jonker berlangsung di lokasi yang sama, yaitu Jonker Street.
Penjualnya banyak banget, yang dijual juga segala macam. Hati-hati kantong, karena dijamin bakal kalap beli ini itu, icip ini itu, makan ini itu. Musti eling.
#Padang Pasir Klebang
Okey lanjut nih ya cerita gue pertama kali jadi turis di Malaka.
Kita sengaja nyewa mobil lalu nyetir 15 menitan keluar kota menuju Pantai Klebang. Pantai nya sih biasa aja, gak ada yang istimewa. Yang bikin menarik ialah ada sebuah padang pasir di samping pantai ini.
Bentuknya mirip Gumuk Pasir di Jogja tapi lebih luas dan beda karakter. Disini ada oase-oase kecil di tengah padang.
Bagus sih tempatnya, tapi jalan dari parkiran menuju padang pasir cukup jauh, dan kita dengan pinter nya kesana jam 12 siang! Wakakakakak PANASSSSS banget, penontooonn. Aduh! Kita gaya-gayaan muter, jalan, foto, bahkan suami gue malah pake olahraga lari segala. Walhasil dehidrasi tingkat tinggi plus kebakar matahari (padahal gue udah bawa air dan payung gede). Kita segera balik hotel untuk ngadem sambil maskeran bengkoang habis itu. Fiuh.
Oya, suami kan ke mobil duluan nih ceritanya. Gue nyusul. Eh pake nyasar dong pas jalan kaki balik ke mobil, saking luas nya itu padang pasir. Loh, gue dimana nih ya… parkiran belah mana ya? Mana nggak ada orang sama sekali. Untung akhirnya nemu jalan. Nyaris nangis tauk gara-gara panik. Hahaha
#The Shore Sky Tower
Udah jadi kebiasaan kita selalu nyari lokasi tertinggi kalau ada di satu tempat baru. Di Melaka nama gedung tinggi nya ialah The Shore Sky Tower, lantai 43.
Tempatnya cakep dan ada teropong-teropong untuk bisa ngeliat setiap sudut kota dari ketinggian. Ada sebuh spot dengan lantai kaca transparan juga disini untuk yang mau berdiri sambil ngetes apakah takut ketinggian atau nggak.
#Kuliner
Malaka makanannya enak enak! Cerita kuliner di Malaka, dan cerita tentang satu tempat paling favorit kita di Malaka, nyusul yah di tulisan lain di blog. Jangan lupa follow blog-nya to get the stories in your email soon.
Datang pas di Tahun Baru Cina di Malaka sebenarnya bukan pilihan paling bener. Hari pertama semua toko dan restoran masih buka dengan wajar sehingga kita bebas memilih mau ke mana aja. Tapi hari kedua dan ketiga, banyak banget resto dan toko TUTUP karena libur Imlek. Pft. Walau penduduk Tionghoa tercatat hanya 30 persen dari total populasi di Malaka, bisnis tetap dirajai oleh mereka.
Tapi walau banyak tempat tutup, gue tetep niat dandan di Tahun Baru Cina. Pake Cheongsam kuning, rambut iket dua, dan jalan-jalan. Di Jakarta kayaknya gue gak akan seniat ini… cuma di negara orang beraninya.. hahahaha… Eh beberapa kali gue disapa turis lain loh, cuma untuk nanyain gue beli cheongsam kuningnya dimana. Kalo belinya di Malaka, mereka juga mau beli barang yang sama katanya. Wah mapp yak, aku bawa dari rumah.
Overall, untuk pertama kali jadi turis di Malaka, jalan sana jalan sini, we liked it alot!
Kotanya sangat ramah turis dan menyenangkan. Lokasi foto yang oke juga tersebar di penjuru kota! Sangat fotogenik. Musti balik lagi ke Malaka untuk memuaskan beberapa rasa penasaran yang belom kesampaian. So, Malaka, remember our faces cause we’ll be back!!
Info:
#Malaka bisa didatangin naik bus dari Singapore atau Kuala Lumpur (sekitar 2 jam perjalanan dari KL Airport)
#Transportasi di Malaka ialah taksi (rata-rata harga borongan). Kalau kemaren kita disana sempat menyewa mobil (sekitar Rp.500 ribu / 24 jam) dan kita juga sempet menggunakan taksi online / Uber (paling recommended dari sisi harga dan kepraktisan).
Jangan lupa tinggalin komentar di bawah ya guys! Yang belum follow blog nya, langsung di follow via email ya:)
for me, “the good old days” are NOW!! Let’s enjoy them while we can – olivelatuputty.com/blog – @shiningliv
bucketlist nih liv aku mau kesini
hi Rita… iyes bucket list musti satu-satu ya didatengin:)
olive mau tanya kalau dari airport malaysia ada gransport langsung ke Mlk? Thanks
halo Agus, thanks for reading! ada banget kok, tinggal tanya informasi nanti mereka tunjukin arah ke tempat bis, disitu ada langsung ke Malaka. Happy travels!
Looking good olive!
thanks so much Kaka!
Malam kak olive tx sudah post jalan jalannya di Malaka
halloo… thanks for reading and you are welcome!