Pengalaman gila yang satu ini wajib gue tulis mumpung kejadiannya belom lama-lama banget. Kalau di ingat masih selalu terucap ucapan syukur karena gue dan suami baik-baik saja.
Okay, so here is the story.
Jam 5 di pagi yang dingin, gue dan suami bareng seorang teman dan seorang driver, berangkat dari rumah mertua di Kota Batu Malang dengan destinasi AIR TERJUN TUMPAK SEWU! Air terjun Tumpak Sewu atau yang sering disebut COBAN SEWU ini sudah pengen kita kunjungin berkali-kali tapi baru di Akhir Desember 2017 ini diniatin berangkat.
Tiga jam perjalanan (termasuk mampir warung sarapan nasi rawon), sampailah kita di Air Terjun Tumpak Sewu. Bayar 5000 aja per orang, kita jalan sedikit melewati kebun salak, turun ke bawah dan sampai langsung ke tempat menikmati panorama. Sepi banget, turisnya cuma kita ber 4 doang. Gak ada orang lain.
Liat sekitar, wah bagus banget ya air terjunnya, beneran berlapis lapis – seperti namanya – Tumpak Sewu. Megah sekali. Bukan cuma satu, tapi ada banyak air terjunnya, jatuh bersamaan dari ketinggian berbeda dengan massa air yang berbeda juga. Keren banget. PARAH.
Ada tanda disitu kalau sebenernya di musim panas kita bisa turun ke dasar air terjun, tapi karena musim hujan, tangga menjadi lapuk dan rusak semua sehingga akses ke dasar ditutup. Ok baiklah, liat dari atas juga cakep kok.
Puas mandangin air terjun, kita iseng mengambil jalur lain di hutan setempat untuk pergi ke sungai bagian atas – dimana air sungai nya yang nanti jatuh ke bawah menjadi air terjun utama Tumpak Sewu. Jalurnya berupa jalan setapak yang ditinggali banyak sekali kupu kupu kuning yang terbang di sekitar badan kita. How cute!
Sampai di sungai, kita ekstra hati-hati banget – karena banyak cerita tentang orang jatuh dari batu besar di sungai ini dalam percobaan mengambil selfie yang oke. Waduh. Serem juga ya.
Biar aman, gue gak banyak berdiri disini – banyakin duduk ajah biar gak beresiko. Nah dari sungai di atas air terjun ini gue bisa melihat ke kanan tempat pertama kita datang tadi. Tapi di sebelah kiri ternyata ada juga spot untuk melihat pemandangan. Dan secara logika dari sebelah kiri itu pasti lebih oke pemandangannya. AKU MAU KESITU!
Sambil beli salak 5000 rupiah perkilo yang diambil langsung dari pohon dan numpang ngopi and nge charge hp, kita ngobrol-ngobrol sama ibu-ibu yang jaga. Si Ibu bilang bahwa sisi kiri itu adalah wisata Air Terjun Tumpak Sewu Kota Lumajang. Kalo sekarang ini kita ada di air terjun sisi Kota Malang.
Oh, air terjun ini memang unik ternyata. Salah satu air terjun di Indonesia yang berlokasi di DUA Kabupaten yang berbeda – Malang & Lumajang. Sungai di atas air terjun yang kita datangi barusan adalah pemisah / titik tengahnya.
Ayo sekarang kita ke Lumajang!
Hanya 3 km naik mobil, kita udah tiba di Tumpak Sewu Lumajang. Disini ada lebih banyak turis, biaya masuk lebih mahal, dan pemandangan memang jauh lebih bagus! OH MY GOD, how awesome is God the Creator! Ciptaan Tuhan luar biasa!
Langit biru, awan putih keabuan, jutaan butiran air, hijau hutan lebat dan SEBUAH PELANGI di dasar air terjun. Perfect!
Gue pikir ini semua cukup oke, foto-foto, lihat-lihat, pose-pose dan pulang – karena dari sini, akses ke dasar air terjun juga di tutup dengan alasan yang sama yaitu jalan rusak. What else to do, right?
Otw menuju mobil, di jalan sepi kita ketemu seorang bapak – Pak Amir namanya- yang menawarkan untuk menjadi guide turun ke dasar air terjun! Loh! Kok bisa? Bukannya jalan rusak dan akses ditutup?
Let me repeat what he said:
“Bisa kok turun ke dasar, aman banget.. cuma karena musim ujan aja mangkanya ditutup. Cuma kan hari ini cerah, kering. Aman banget. Jalan bagus. Saya guide sudah lama banget disini. Saya pengalaman sudah lama. Saya bisa lari turun 6 menit ke dasar. Gampang. Murah juga, 100 ribu aja buat smua. Biasanya kalau lagi rame 100 ribu per orang lho”
Suami dan temannya liat-liatan tampak sangat tertarik. Sementara gue, CURIGA TINGKAT TINGGI sama muka si bapak yang sama sekali nggak meyakinkan. Rasanya tuh kayak lagi beli barang curian di gang sepi. Hahahah
But after all, we are here! Kapan bisa balik lagi kan belom tau, dan ada guide – so why not. Ya kan? Sambil becanda-becanda, kita pun ngikutin si bapak melewati jalan kecil menuruni tangga bambu ke arah dasar air terjun. Awal jalan kita masih saling ngobrol dan ribut. Trus lama-lama mulai diam konsen ke koordinasi kaki dan tangan menuruni bukit.
Sepuluh menit turun, jalan mulai makin curam dan mulai ketemu tangga-tangga lapuk dan rusak. Gue bilang ke suami, “Babe, you know this is not normal right?”… tapi kita tetap turun dan turun, melewati serangkaian jalan licin yang serem banget. Dan tau nggak??? Si Guide jauh banget mendahului kita dan bahkan sama sekali gak membantu dan tampak gak perduli sama kesulitan kita.
Untung juga gue pake baju tertutup sampe kaki untuk melindungi diri. Suami yang outfitnya lebih kebuka sempet disamperin lintah-lintah yang nempel dibadannya. Arghhh. Berkali-kali gue menyesal sepanjang turun ke bawah dan berkali kali bilang kalo rute ini nggak normal. But I am doing it now. Lord have mercy.
PANTESAN JALAN DITUTUP – ya karena nggak bisa dilewatin!!!
Beberapa kali kita bertemu jalur licin persis berhadapan dengan jurang. Bahkan yang paling mengerikan buat gue ialah menyebrangi air terjun kecil dengan kemiringan vertikal yang airnya mengalir deras langsung ke jurang di bawah. Batu-batu licin harus kita injak dengan arus deras dari atas. Kita harus nyebrang tanpa tali tanpa pengaman atau pegangan apapun. Sekali salah injak, nggak balance atau terpeleset, benar-benar pasti mati. Oh my gosh, I know I am not gonna die beberapa hari sebelum tahun baru. But this is scary!
Jalan terjal ke bawah ini hanya one way down, karena nggak mungkin bisa naik ke atas lagi lewat jalur yang sama – I don’t know how cara kita pulang nanti. Seriously. DAN setiap kali ada jalur ajaib yang membutuhkan waktu sangat lama untuk gue lewati, si Guide menghilang jauhhhh di depan. Nengok ke belakang aja nggak. My goodness. Dia bener-bener nggak mau tanggung jawab kalau ada apa-apa. Iya juga sih, dia kan nawarin doang ya – kita yang setuju untuk tanggung resiko sendiri.
Praise God, kita pun akhirnya tiba juga di dasar. Walau dipenuhi kengerian sepanjang jalan, pemandangan di dasar bikin lupa ingatan sementara. BAGUS BANGET YA TUHAN. Mungkin gue bukan pemburu air terjun, but this must be -so far- the best waterfalls I have ever been to. Rasanya kayak di peluk tirai air. Mata terpesona lihat pemandangan di depan mata. Aaahhh amazing God! Kita mengambil waktu cukup lama mengagumi air terjun megah ini. Gorgeous! Foto-foto, lari sana sini dan berbasah-basahan. Seru!
Di dasar nggak ada orang lain selain kita. Ya iyalah. Yang lain belom cukup gila kayaknya untuk melakukan hal yang sama.
Dari situ kita menyusuri sungai ke bagian lain dari air terjun utama. Dari situ naik lagi ke atas bukit perlahan. Lagi-lagi melewati jalur yang sangat sulit dan berbahaya. Setelah cukup lama mendaki, kita sampai di daerah wisata lain bernama GUA TETES. Ini juga tempat keren banget, kayak ukiran buatan – padahal alami smua! Gue banyak ngabisin waktu ngaso duduk duduk diderasnya aliran air- kecapekan.
Setelah lama disitu, kita naik ke atas melalui jalur tangga umum yang solid pijakannya. Jalur dari/ke GUA TETES buka untuk umum karena berbentuk tangga yang normal dengan pegangan. Capek banget naik tangga ke atas lohh… ngos ngosan. Bener-bener one of a kind banget nih pengalaman di air terjun Tumpak Sewu ini.
Sampai di atas, kita berhenti di sebuah warung untuk beli minum air dingin sambil disambut ibu pemilik warung. “Gimana? Bagus?” Tanya si Ibu.
Kita jawab “iya Bu cuma ngeri banget ke dasar tadi”
“Hahaha saya orang sini aja nggak pernah mau ke dasar. Paling sampe Gua Tetes aja. Nggak berani sampe bawah, takut nggak bisa naik” katanya. “Biasanya yang udah kesini bilang bagus cuma pada kapok nggak mau lagi.. pertama dan trakhir” lanjut si Ibu.
Setelah bebersih dan ganti baju, hujan turun sangat deras dan kita pun sudah di mobil otw balik ke Malang. Di jalan bahkan pas sudah sampai rumah, gue nggak berhenti mikirin betapa nekatnya kita tadi. Well mungkin ada di antara kalian yang udah biasa menantang jalur jalur susah sehingga yang gue alamin tuh biasa aja… tapi buat gue yang bukan hikers, itu agak ‘lebih’ sih. It was so dangerous! I am so grateful to be alive. I am so grateful juga punya suami yang selalu ada disamping, memastikan gue aman sepanjang jalan. Thanks love!
Kabarnya nih, akses jalan ke bawah akan segera diperbaiki sehingga turis bisa nyaman turun ke bawah. Hm, mungkin tetap nggak nyaman sih – tapi lebih aman. Hehehehe
Setiap kali mengingat pengalaman di Air terjun Tumpak Sewu kita yang gila sambil ngeliat hasil foto yang banyak yang bagus, gue tetep ngerasa nggak ada satu fotopun yang bisa menangkap keindahan asli air terjun yang gue liat di depan mata.
It was too pretty to be captured by cameras i think. Well, above all, this waterfall trip is one of those ones that I will forever remember. ( and thank God I have a blog to write all about it). 😬 Thanks for reading guys. Reading is good for u! Yang udah baca dan mau ninggalin komentar, silahkan ditulis dibawah yaaa…
ps: some awesome photos of pengalaman di air terjun Tumpak Sewu kita were taken by our friend Yos. Thanks Bro!
Without risks, there are no rewards.
–olivelatuputty.com/blog @shiningliv
Kaliaann GILA BANGET nekad
hi Tama thanks for reading… iya kalo dipikir2 emang selalu mikir kita nekad banget hehehe
Waduh pengen kesana tapi takut gak bisa naik
halo..makasih dah baca… pasti bisa naik, walau pelan dan lamaa… pasti nyampe juga ke atas…
Belum pernah saya liat air terjun secantik itu…..
Jadi baper,
Bawa Pergi kesana donk mba :p
iya cantik banget yaa mas! keren memang… hahahah mungkin masih lama mas baru mau balik lagi kesana… hehehhe
Keren yaaaa.. saya kayaknya nggak punya nyali sebegitunya hihihi.. tapi untungnya pemandangan di bawahnya bener2 keren ya kak 😀
hi @nyahkece thanks for stopping by… i will also check ur web and twitter:) YES untung dibawah keren banget… jadi gak rugi hehehehe
Fotonya keren keren ya mb olive
hi Ningrum.. thanks udah baca… thanks juga compliment nya:)
Perjuangan banget y kak.. tapi setelah sampe dasar, puas banget nggak sih? Berasa punya air terjun pribadi. Hhahaa
hi Vhieta… iya puas banget sampe dasar… it was so pretty! thanks udah mampir ya
Keren banget air terjun nya kak.. view nya.. duhhh >.<
hi… iyaaa view nya luar biasa keren… beruntung banget pas ada pelangi dan nggak ujan:)
Kak kalo berangkat dari Surabaya kira kita butuh berapa jam ya kak makasih
halo Wita.. thanks udah baca yaa…. dari SBY ke Malang kan 2 jam, lalu ditambah ekstra 2 jam- an lagi ke sini… itu tanpa traffic ya….
Wah wajib kesini nih
hi Niska… thanks for reading.. yes, kalau pas lagi di Jawa Timur, wajib banget kesini:)
Warbyasahhhhhh
Novvvyyyy heeheheheh iya nih warbyasah banget kelakuan kita hehehehe
You guys savage squad!!!
WE ARE!!! hehehehe
malang salah satu kota yang belum kesampaian akan saya pastiin bakal kesinj juga
Halo Sari thanks for reading.. iya Malang harus di datengin deh kayaknya.. seru kotanya!
Bangus air terjunnya mba saya dengar di jawa timur memang banyak ait terjun yang bagus ya salam kenal
halo mb Ida… iya bener di Malang banyak banget air terjunnya.. semoga bisa satu satu di datengin nih.. salam kenal juga!
air terjunnya memang bikin merinding ya ka olive..
gimana musik jazznya.. 🙂
dengerin jazz deket air terjun lebih syahdu kali ya hehe
halo… thanks so much for reading:) iya air terjunnya memang keren banget…bener, jazz kayaknya pas buat bengong di dasar air terjun! hehehe